Minggu, 31 Mei 2015

Hedonis

Saya selalu berkata kepada orang-orang sekitar saya bahwa saya adalah orang sosialis-hedonis.

Tidak ada yang bermasalah dengan prinsip pertama saya yaitu sosialis. Namun, orang akan mengerutkan kening mereka, memandang negatif saya, serta berfikir aneh-aneh tentang saya ketika mendengar kata "hedonis". Bahkan tak sedikit dari orang lain yang tertawa menganggap itu lelucon dari saya. 'Ya, saya adalah orang yang hedonis' begitu tutur saya kepada orang-orang sekitar. Dan seketika itu, banyak orang yang berfikir negatif tentang saya.

Tanggal 29 Mei 2015. Tepatnya jam 2 siang itu, saya pergi untuk hadir dalam acara bertajuk Gerilya Sastra yang di usung oleh Dewan Kesenian Sastra Jawa Timur atau apalah namannya saya tidak begitu ingat. Disitu, saya bertemu teman 'komunis' saya dan berdiskusi tentang berbagai macam hal.

"Saya ini orangnya sosialis-hedonis mas" ditengah - tengah diskusi saya melontarkan kalimat.

"Oh! bagus itu!"

Saya sedikit terkejut dengan respon teman saya tadi. Jarang ada yang men-support saya ketika saya melontarkan kata hedonis. Dan baru kali ini saya mendengar orang se-antusias itu dengan pemikiran yang saya pegang.

Memang mas Basuki (nama teman saya itu) adalah bukan tipikal orang yang keras terhadap idealisme dan prinsipnya sendiri. Beliau adalah tipikal orang yang senang dan siap mendengar pemikiran-pemikiran orang lain. Mungkin hal itulah yang menyebabkan dia antusias dengan pemikiran saya.

Lalu mas Basuki melanjutkan, "Hedonis itu kan sebenarnya dari filusuf yunani toh?  Epikuros. Dan sebenarnya dalam hedonisme itu terdapat aspek - aspek positif yang tidak semua orang tahu. Tapi pada kenyataannya orang-orang yang tidak tahu menahu tentang hedonis itu menyuarakan kalau hedonis itu jelek, hedonis itu gaya hidup yang digaungkan oleh orang-orang kafir, dan lain sebagainya "

Saya sangat sependapat dengan mas Basuki. Menurut saya, Hedonisme tidak sepenuhnya berisi hal-hal yang negatif saja. Namun terdapat hal-hal positif yang orang lain tidak ketahui.

Menurut pandangan saya, setelah saya berdiskusi dengan orang-orang. Banyak dari mereka menyebutkan kalau hedonis itu jelek, hedonis itu adalah sifat yang harus ditelanjangi dari diri kita, dan hal-hal negatif lainnya. Namun, ketika saya tanya tentang pengetahuan literasi hedonis kebanyakan dari mereka bungkam, ada juga yang ngawur sana sini menjelaskan tentang hedonisme dengan merangkai kata-kata.

Mari saya ajak berdiskusi sedikit. Apa itu hedonis?

Secara etimologi, kata hedonis di ambil dari bahasa yunani hedonismos akar dari kata hedone yang berarti kesenangan. Jadi simpelnya, faham hedonis adalah faham yang menitik beratkan pada kesenangan manusia.

Lalu, mengapa saya harus hedonis? padahal masih banyak pemikiran-pemikiran lain yang lebih positif.

Jika saya dan teman-teman saya sedang jalan atau nongkrong kemana pun. Saya selalu tidak berfikir sedikitpun tentang uang. Berbeda dengan teman saya yang harus ngirit sana sini, berfikir dua kali untuk membelanjakan uang-nya. Mau kemana, makan apa, dan ketempat yang kelasnya seperti apa, saya tidak pernah memikirkan itu semua. Sampai-sampai teman-teman saya sering bilang terus terang kalau dia kehabisan uang untuk menemani saya. Saya selalu bilang kepada mereka : "Uang itu dicetak setiap harinya, tapi belum tentu kebahagian bisa dicetak setiap harinya". Dilanjutkan dengan saya yang men-traktir mereka (puenak to koncoan karo aku?).

Apa maksud dari statement itu?

Maksudnya adalah, saya selalu bilang pada teman-teman saya bahwa jangan pernah kamu di penjara oleh uang. Dan saya pun tidak mau dipenjara oleh uang. Karena saya sudah tahu tentang sistem uang. Dan ternyata uang itu sangat jahat (mungkin saya akan bahas tentang uang di postingan selanjutnya). Saya selalu memandang kalau saya adalah burung yang bisa bebas terbang lepas dari sangkarnya. Berbeda dengan orang lain yang masih berfikir stuck diam nyenyak pada penjaranya.

Perlu diketahui bahwa saya berkata demikian bukan karena saya kaum borjuis. saya bukan berasal dari keluarga konglomerat yang punya banyak harta. Saya benar-benar hanya berasal dari keluarga sederhana yang cukup.

Ada cerita menarik di keluarga saya yang saya amati mengenai uang dan kebutuhan. Bapak saya pernah berkata sekitar 5 tahun yang lalu ,'kalau saja bapak punya penghasilan seminggu 1 juta, pasti keluarga kita bisa lebih dari cukup'. Kala itu keluarga saya masih beranggotakan bapak, ibu, saya, dan adik saya. Dan sekarang, Alhamdulillah bapak sudah punya penghasilan lebih dari 1 juta per minggunya! apa yang terjadi? tetap saja hidup kami berkecukupan. tidak kurang dan tidak lebih. Hal itu karena keluarga kami di beri anggota lagi dan tak tanggung tanggung 2 orang (adik saya kembar yang masih kecil).

Lalu saya memahami sesuatu dari peristiwa ini. Saya memahami bahwa Tuhan itu memberikan seseorang rezeki sesuai kebutuhannya. Keluarga saya yang dulu kebutuhannya sedikit, ya maka Tuhan memberikan rezeki sesuai dengan kebutuhan keluarga saya. Ketika rezeki kita diberi lebih, maka bisa jadi kebutuhan kita meningkat. Sebetulnya, tidak hanya cerita ini saja. Banyak orang yang saya temui dan berbicang banyak dengan saya tentang prinsip kebutuhan ini. Dari orang kaya sampai orang yang melarat. Sehingga saya bisa menyimpulkan seperti itu.

Karena kebutuhan saya akan kebahagiaan tinggi, maka Alhamdulillah Tuhan selalu memberi kecukupan kepada saya. Terimakasih.

Apakah saya pernah mengalami kesulitan uang?

Tentu pernah, sudah saya bilang bahwa saya bukan dari kaum borjuis. Namun saya tidak pernah ambil pusing. Saya memandang kalau uang tidak lebih dari kertas yang ditulisi nominal - nominal oleh pihak tertentu. Pikiran saya simpel, 'jika tidak ada uang, cari'.

Jika seseorang pernah membaca buku-buku tentang law of attraction atau hukum tarik menarik, maka yang saya lakukan adalah membiarkan fikiran saya menarik uang itu sendiri. Karena saya berfikir 'saya pakai saja uangnya karena masih banyak uang untuk saya diluar sana'. Law of attraction adalah hukum yang mengatakan bahwa setiap peristiwa yang di alami dalam kehidupan, entah itu baik atau buruk, terjadi karena individu itu sendiri yang menariknya. Simpelnya apa yang kamu fikirkan, maka itu besar kemungkinan akan terjadi. Jika anda berfikir tentang uang yang terus tidak cukup, maka hal itu akan terjadi.

Perlu di garis bawahi juga, bahwa disini saya tidak mengajarkan untuk boros, bermaksiat ria, dan lain sebagainya. Tentu tidak. Pemikiran saya adalah bahwa janganlah kita terbelenggu oleh uang. Jika kalian berfikir uang uang dan uang, maka kalian akan benar - benar di perbudak oleh uang. Aspek ini lah yang saya ambil dari hedonis. Memang telah bergeser dari makna asli hedonisme yang menitik berat kan pada kesenangan. Tapi tetap saya menggunakan kata hedonis karena tidak ada faham yang lebih dekat dari pemikiran saya ini selain hedonis. Dan saya belum berhak mencetuskan suatu faham. Ilmu saya belum sampai pada tahap itu.

Saya mengenal diri saya sendiri. Dengan perilaku saya yang seperti itu saya sadar bahwa saya hedonis. Saya orang yang benar-benar sensitif dengan kejujuran. Saya mencoba jujur pada diri saya sendiri dan saya tidak ingin menjadi seperti orang-orang munafik diluar sana yang meneriakan dengan lantang hapuskan sifat hedonis sedangkan perilaku mereka sendiri secara sadar mencintai dan menerapkan hedonisme dalam diri mereka. Saya sangat benci dengan kebohongan sekecil apapun itu.


Lalu, mengapa saya gandengkan dengan sosialis?


Sosialis - hedonis merupakan pemikiran saya yang mana mari kita hidup mewah bersama-sama. Saling bantu membantu memakmurkan sesama. Merasakan kesenangan bersama tanpa ada yang dirugikan atau merasa kecewa.

Terlalu utopia nampaknya.

Jumat, 29 Mei 2015

Pertama

Postingan ini saya beri judul pertama.

Karena apa? Ini merupakan postingan pertama saya. Namun secara teknis ini bukan merupakan postingan pertama saya. Dan bukan merupakan blog pertama saya.

Yang saya lakukan adalah me-REBORN blog saya yang dulu sudah tidak terpakai, menghapus semua postingannya, dan memulai menata kembali isi dari blog saya. Atau singkatnya blog ini dulunya aktif, saya menulis beberapa postingan yang tak karuan, dan hanya saya sendiri mungkin yang menjadi pembacanya.

Pertanyaan yang muncul adalah, kenapa saya meng-aktifkan blog lama saya ini dan mulai menulis kembali di blog saya?

Entah muncul dari mana, setelah saya ber 'sekolah' kepada orang-orang sekitar, membuka cakrawala pikiran saya, membaca dan meng-analisis buku serta keadaan lingkungan sekitar, saya merasa saya perlu menulis pemikiran - pemikiran saya pada suatu wadah yang orang lain pun dapat membaca dan menafsirkan sendiri bagaimana buah pemikiran saya. 

Dan itulah yang melandasi judul dari blog ini. ''Buah Pemikiran Hal". Blog ini merupakan buah pemikiran dari ilmu-ilmu, pengalaman, dan orang-orang sekitar saya yang saya amati. Blog ini merupakan buah yang lahir dari isi otak seorang Abdul Halim Wicaksono. Saya sendiri.

Saya sendiri tidak terlalu perduli tentang statistik atau angka-angka manusia yang akan mengunjungi blog ini. Saya hanya ingin me-record idealisme pemikiran saya supaya di kemudian hari ketika saya membaca tulisan-tulisan pada blog ini, saya bisa ingat siapa saya dulunya dan sejauh mana saya berfikir. Namun, saya sangat senang ketika nantinya blog ini mendapat beberapa pengunjung. Syukur-syukur dapat meng-inspirasi orang banyak.

Well, kepada para pembaca saya ucapkan Selamat Membaca dan Selamat datang di dunia yang saya anggap GILA

Semoga para pembaca tidak terpengaruh pemikiran saya dan tidak menjadi manusia GILA seperti saya

***

Pada judul dari postingan ini yaitu pertama, maka lebih afdol ketika saya menuliskan buah pemikiran saya yang pertama. Buah pemikiran pertama saya pada blog ini adalah

Bismillahirrahmanirrahim

In The Name Of Allah...

The Most Gracious & The Most Mercifull