Selasa, 13 Februari 2018

Begini Formula Rahasia Saya Mengajarkan Sesuatu Kepada Orang Lain


Saat menulis ini, saya sedang menempuh pendidikan S2 dan beberapa hari terakhir saya sering meninggalkan ruang kelas kuliah saya. Bukan karena saya malas, atau melakukan sesuatu yang mubadzir terhadap ilmu, Justru karena saya menginginkan ilmu bukan hanya dari bangku kuliah, tetapi juga dari luar dinding-dinding kampus. Maka dari itulah, saya melakukan bolos sebagai usaha pencarian ilmu yang lebih akurat.

Bisa di bilang saya bertapa sejenak. Puasa dari ilmu kampus dan masuk ke dalam ranah realitas. Saya bertemu orang-orang jalanan. Saya bertemu pelbagai manusia di kota dan desa. Saya merenung, berupaya menemukan hal-hal yang mendekati kebenaran dalam pendidikan.


Lalu, pada suatu masa, pikiran saya memunculkan suatu ikhtisar. Entah berasal dari rangkuman ilmu yang telah saya pelajari beserta pengalaman saya pada dunia pendidikan, atau muncul begitu saja. Yang jelas, muncul sebuah rumusan, hal-hal yang menjadi sebuah formula dimana formula ini berupa prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam seni mengajarkan sesuatu kepada orang lain.

Saya pun mencoba menguji formula tersebut pada beberapa momen untuk menggiring pemikiran, dan mengajarkan sesuatu hal kepada orang lain. Tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga pada waktu-waktu yang tak terduga seperti ketika sedang dalam forum, beradu argumen, atau mungkin sedang berbincang santai dengan teman-teman di meja kopian.


Dan sebagian besar berhasil! pebelajar saya tanpa sadar telah mempelajari sesuatu yang mana saya tujukan kepadanya. Sebuah metode transfer ilmu yang mungkin dapat diaplikasikan tidak hanya dalam dunia pendidikan, tetapi juga dimanapun ketika anda ingin mengajarkan sesuatu hal kepada orang lain. Sebuah formula yang mana bermanfaat bagi dunia mendidik manusia (i think).

Anda berhak percaya, dan berhak tidak. Itu tergantung pikiran dan perspektif anda. Saya tidak memaksa. Saya menuliskan ini tidak ada maksud yang buruk kepada anda. Saya hanya sekadar sharing mengenai apa yang saya temukan daripada pengalaman yang saya alami. Wise man say, "The best teacher in the world is  your experience". Right?

Jadi dari awal, telah saya katakan dan akui bahwasanya ini murni hasil pemikiran saya yang tidak begitu empirik dan tidak dapat dipertanggung jawabkan secara saintifik. Anda boleh percaya atau tidak. But it works for me


BEGINI FORMULANYA

Berikut ini ialah sebuah pesan singkat yang saya tulis mengenai formula ini. Saya tidak bisa memberitahukannya secara detail pada tulisan ini karena bisa jadi menumbuhkan persepsi yang salah. Jadi silahkan petik buah positifnya dan saya senang jika anda dapat mengembangkan ini menjadi lebih baik sesuai dengan versi anda.


Formulanya sebagai berikut. Baca kalimatnya secara baik-baik dan renungkan sejenak :

"KUNCI BELAJAR BENAR-BENAR BERHASIL ADALAH PEMBELAJARAN TERSEBUT BERMAKNA. PEMBELAJARAN YANG BERMAKNA DAPAT DIMUNCULKAN DENGAN RASA PENASARAN."


Silahkan dibaca beberapa kali, dipahami, dan mungkin anda berkenan mengembangkan. Saya tidak ingin memberikan tafsir menurut saya pribadi. Biarlah menjadi suatu kalimat yang multitafsir.


BEBERAPA PENGAPLIKASIAN DARI FORMULA

Berikut hanya sedikit bocoran yang saya beritahu bagaimana saya mengembangkan rumusan diatas dalam hal-hal mengajarkan sesuatu kepada seseorang. 

  • Melibatkan keberadaan Tuhan dalam mengajarkan sesuatu kepada orang lain. PEMBELAJARAN TERSEBUT BERMAKNA adalah kunci belajar dapat berhasil. Maka, yang saya lakukan ialah saya melibatkan spiritualitas dalam mengajarkan sesuatu. Niat yang baik akan melahirkan sesuatu yang baik. Maka, dalam saya menanamkan sesuatu pada isi kepala orang lain, pada isi kepala saya harus mengingat Allah Tuhan yang maha Esa (I'm a moslem). Jika saya tidak menghadirkan keberadaan Tuhan dalam diri dan pikiran saya, maka pembelajaran mungkin akan terkesan biasa-biasa saja dan cenderung sulit untuk diterima oleh orang. Maka, sebisa mungkin saya menjaga bahwa kehadiran Tuhan harus meliputi dalam pembelajaran. Saya menanamkan suatu makna dalam pikiran saya bahwa segala ilmu itu sumbernya Tauhid. 

    Terlalu berat untuk dipahami? Sorry for that, Jika belum cetho, mari kita lanjutkan pengembangan saya terhadap rumusan. Saya berharap kelak anda dapat pemahaman dari tulisan saya diatas.

  • Menanamkan suatu pertanyaan BESAR di kepala orang lain. Hal ini merupakan upaya saya dalam menanamkan RASA PENASARAN bagi pebelajar. Bagaimana caranya? sangat banyak. Silahkan buat oleh analisa anda. 

    Berikut sebagai contoh suatu ketika saya pernah mengeluarkan statment nyeleneh yang menimbulkan PERTANYAAN BESAR bagi orang-orang seantero meja kopian. Saya pernah berkata "Kalian ngerti ga, kalau ada bagian pada tubuh manuisa yang ga berguna."
    "Apa?"
    "Diatas bibir, dibawah hidungmu ada semacam lengkungan itu kita dari SD sampai sekarang ga tau itu namanya apa dan fungsinya buat apa."

    Setelah saya memunculkan statement itu, maka terjadi konflik dan perdebatan yang cukup seru mengenai lengkungan itu hingga pencarian sumber saintifik yang dilakukan secara tidak terpaksa oleh orang-orang yang penasaran. Lalu kita tahu bahwa nama dari lengkungan itu ialah ....
    Dan fungsinya untuk .....
  • Mengganti kata SALAH menjadi HAMPIR. Hal ini sangat sering saya gunakan ketika pebelajar mendapatkan informasi salah dari pikirannya sendiri atau sumber yang kurang jelas. Biasanya pendidik langsung mengatakan SALAH. Tapi, cobalah menggantinya dengan HAMPIR sembari memberikan ekspresi dorongan agar ia menemukan yang tepat. Dan amati bagaimana reaksi dari orang tersebut? (Ini termasuk memberikan rasa penasaran)

    "Apa ibukota Kalimantan Tengah?"
    "Pontianak"
    "HAMPIR!"

    Siapapun akan penasaran dengan kata ajaib pengganti kata salah yaitu HAMPIR.

    "Apa ibukota Kalimantan Tengah?"
    "Pontianak"
    "Salah!"

    Bagaimana perasaan anda jika mendapat jawaban "salah"?
Sejatinya masih banyak pengembangan yang telah saya kembangkan dari formula diatas. Namun saya tidak ingin membagikannya. Saya membiarkan kalimat tersebut multitafsir. 

Percaya atau tidak? Berani mencoba atau tidak? it's depend on you, not depend on me 

Terimakasih banyak dari saya untuk waktu anda dalam membaca tulisan ini. Bagi saya, sudah cukup untuk menuliskan apa yang saya pikirkan tanpa harus peduli pada angka berapa orang yang membacanya. Semoga anda dapat membuahkan hal positif dari apa yang saya bagikan.