Minggu, 26 Juni 2016

PKKMB FIP UM GOLDEN 2016 : Membangun Fondasi Yang Kokoh Untuk Sang Penerus Bangsa Garuda

Bismillahirrahmanirrahim

“Beri aku 1000 orang tua, maka niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”
(Bung karno)

Saya awali tulisan saya ini dengan quotes dari Ir. Soekarno atau lebih dikenal
sebagai Bung Karno. Seorang founding father Indonesia sekaligus Presiden pertama republik ini yang tangguh dan melegenda. Saking me-legendanya Bung Karno, power dari kalimat ini yang beliau lontarkan pada orasinya masih terkenang sampai sekarang. Khususnya pada kalimat “Beri aku 10 pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Ada apa dengan kalimat ini?  

Kalimat tersebut dimaknai bahwasanya pemuda merupakan perlambangan sebuah bangsa. Pemuda merupakan agen penggerak, pembangkit, yang di dalamnya terdapat jiwa-jiwa progresif, tangguh nan kuat untuk menggoncangkan, menghentakan, merubah dunia menjadi lebih baik. Apalagi pemuda dari kaum intelektual. Kaum yang di pandang mempunyai nilai sisi ilmiah nan produktif (baca : Mahasiswa). 

Dalam “memproduksi” pemuda intelektual atau Mahasiswa, tak sedikit proses yang harus dilewati. Tak semudah apa yang dibayangkan. Bak layaknya burung garuda yang gagah perkasa, dia harus melewati proses yang rumit dan sulit. Dari sebuah embrio yang rapuh dan bertahan sebegitu kerasnya hingga menjadi burung raja angkasa garuda. Dalam menjadi seorang Mahasiswa pun sama halnya. Kata Maha dalam Mahasiswa, bisa diartikan bahwasanya sudah beda level antara siswa dengan Mahasiswa. Tak bisa disamakan. 

Membentuk Mahasiswa yang benar-benar mahasiswa, memang dalam prosesnya tidak sedikit waktu yang dibutuhkan. Namun dibalik itu semua, perlu lah sang siswa pertama kali melewati serangkaian acara yang menjadi adaptasi-naturalisasi mereka dengan pernak pernik kampus dan atmosfernya, sehingga mereka tidak shock dengan tempat dimana nanti mereka menimba ilmu (baca : Ospek).  

*** 

OSPEK di identikan dengan Perploncoan. Demikianlah yang tercetak di frame pelajar pada khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Seolah OSPEK dan Perpeloncoan menjadi satu kata yang tak terpisahkan; karenanya setiap mendengar kata "OSPEK" bayang-bayang sadisme dan intimidasi langsung muncul menimbulkan kesan mistis nan horror pada kata alias akronim yang
satu ini. Naas nya, realita yang terjadi tidak dapat menjadi pembenaran akan kesucian OSPEK. Beberapa pihak (baca:Mahasiswa) yang tidak bertanggung jawab, menjadikan OSPEK sebagai ajang balas dendam dan pemerasan bahkan tak jarang menimbulkan korban. Dari situlah kesan angker pada tubuh "OSPEK" lambat-laun muncul dan berkembang sehingga atas urgensinya Pemerintah turun tangan membuat aturan berikut sanksi khusus tentang OSPEK yang harus dipatuhi setiap kampus secara nasional. Berangkat dari Ironi tersebut lagi-lagi kita sebagai mahasiswa haruslah dengan sadar ikut membersihkan citra buruk yang melekat pada OSPEK. Mau-tidak mau. Siap tidak siap. Terkhusus kepada mahasiswa yang terlibat langsung dalam kepanitiaan OSPEK di kampus masing-masing.

Artinya, melalui OSPEK, mahasiswa dapat menanamkan tri dharma Perguruan Tinggi yang selaras dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Melalui OSPEK pula (seharusnya) mahasiswa dapat memahasiswakan siswa dengan pencerdasan akan nilai-nilai kebangsaan dan patriotik. OSPEK menjadi gerbang awal, cikal - bakal tumbuhnya cendekiawan muda nan perkasa tanah Indonesia. Dimulai dari kampus kita. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

***

Fakultas Ilmu pendidikan. Sebuah Fakultas di Universitas Negeri Malang yang diharapkan dapat sukses menelurkan generasi muda produktif nan cerdas dan bisa membentuk kepekatan atmosfer organisasi. Sebuah Fakultas yang harus bisa menjadi inkubator menjaga suhu didalamnya agar lahir dan tetap tumbuh cendekiawan yang Hard-skill maupun Soft-skill-nya terasah dengan tegas.

Jika kita tarik kebelakang, jiwa organisator yang tertanam dan tumbuh dalam  nurani mahasiswa tidak terlepas dari apa yang telah kita ulas pada guratan-guratan sebelumnya yakni adanya sebuah rangkaian acara yang menjadi gerbang awal "kaderisasi" sebagai wujud adaptasi-naturalisasi siswa SMA-sederajat menjadi Mahasiswa. Sebuah polesan, sebuah hentakan, sebuah hunusan pertama untuk memahasiswakan siswa. Melucuti kemanjaan dan karakter-karakter negatif siswa SMA-sederajat untuk kemudian menjadi patriot muda yang memiliki andil untuk peradaban bangsa yang gemilang.

Adalah Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) FIP UM yang menjadi "OSPEK" -nya Fakultas Ilmu Pendidikan. Digawangi oleh panitia mahasiswa dengan seleksi panjang (termasuk seleksi alam) dan proses yang matang. Diprakarsasi oleh segelintir mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (BEM FIP) semakin mempertajam dan memutakhirkan konsepan acara. Dibungkus dengan restu dari pihak Universitas dan Fakultas maka jadilah PKKMB GOLDEN FIP UM 2016. Sebuah kegiatan yang sangat sakral bagi aktivis FIP UM. betapa tidak, lebih dari seribu mahasiswa baru tahun ini, akan mengikuti rangkaian kegiatan PKKMB FIP UM 2016. Menjadi sebuah tanggung jawab dan tantangan bagi panitia untuk benar-benar dapat menyandang gelar "maha" pada status "siswa" mereka. Sungguh sebuah pertaruhan idealisme jikalau panitia (yang merupakan mahasiswa) tidak dapat memahasiswakan calon penerus bangsa.

Dalam bahasa saya, PKKMB ini bagaikan sebuah proses tumbuhnya garuda yang gagah. Ketika beberapa embrio keluar menjadi telur, bertahan dari iklim yang ekstrim dan akhirnya menetas menjadi sang Garuda yang gagah perkasa. Sebagian yang lain harus menerima ketidaksempurnaan mereka. Pun dengan PKKMB ini, dari seribu lebih mahasiswa pasti ada yang tidak benar-benar menghayati status baru yang disandangnya. Sebagian malah apatis cenderung individualis dan jauh dari kesan idealis kebangsaan. Melihat kenyataan tersebut, panitia benar-benar harus berfikir keras dalam membuat konsepan acara yang bisa menetaskan siswa menjadi mahasiswa. minimal tahun ini lebih banyak yang menjadi "mahasiswa" sesungguhnya, seperti yang di agungkan rakyat indonesia.  Karenanya tak berlebihan jika dalam analogi sederhana, saya ibaratkan PKKMB ini bak membuat sebuah fondasi. ketika fondasi tersebut kokoh dan luas, maka gedung pencakar langitpun dapat dibangun diatasnya. Tetapi jika fondasi tersebut rapuh dan sempit, jangan kan rumah, gubuk pun saya pikir akan sangat sulit untuk berdiri. inilah PKKMB dimana kita akan membentuk pondasi itu didalam setiap relung hati dan alam berfikir seribu lebih siswa sehingga menjadi dasar yang kokoh dan luas untuk kemudian dapat didirikan wawasan kebangsaan dan kecerdasan abadi bak gedung pencakar langit. lantas, Siapa yang dapat membuat pondasi itu? satu kata. ANDA! (Mahasiswa)

0 komentar:

Posting Komentar