Selasa, 13 Oktober 2015

Sajak Kelas Pekerja

Tanggal 13 Oktober 2015. Saya di minta mengisi orasi di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang.

Kala itu saya kaget bukan kepalang. Karena saya kira audiens saya mahasiswa, namun ternyata publik umum yang akan mendengar ocehan saya.

Saya membawakan tulisan orasi saya yang berjudul "Sajak Kelas Pekerja". Dengan di iringi lagu donna donna lewat violin yang di mainkan oleh kawan saya (mas Basuki), saya mulai mengaum di panggung bak harimau mimbar..

Berikut orasi saya yang saya tulis sendiri. Yang mana merupakan kritik dari slogan pemerintah 'AYO KERJA !' dan isu yang sedang terhangat ini mengenai MEA.

SAJAK KELAS PEKERJA

Wahai, Untukmu...
Yang sekarang nyaman duduk di sofa yang empuk
Yang sekarang kami beri jubah dan mahkota
Yang sekarang engkau kami jadikan bak raja-raja di tanah ini

Tolong beri sedikit waktu untuk kami bicara
Tolong beri sedikit waktu untuk dengar suara ini
Suara yang meretas menembus batas-batas atas ruh yang di kandung badan
Suara atas kebaikan dan kebenaran yang menegarkan

Wahai, Kawanku disana...
Yang sekarang sedang menghisap sebatang lisong
Atau yang sekarang sedang mengoceh di ruang sidang
Atau mungkin sedang duduk manis menontonku mengoceh di depan muka

Kami ingin menyampaikan sesuatu padamu
Kami ingin menyampaikan kata-kata sayang kami padamu

AYO KERJA !!!! (nada perintah dan keras)

Apakah terdengar santun di telingamu?
Apakah terdengar lembut ditelingamu?
Apakah terdengar seperti kata sayang di kuping mu?

ATAU TERDENGAR SEPERTI SEBILAH PISAU YANG MENYAYAT??
ATAU MUNGKIN SEPERTI DENTUMAN BOM MIMPI BURUK YANG TAK KUNJUNG REDA??

Kawanku,
APAKAH KAU BUTA????
Atau nalarmu yang miring akibat istana mewah dan tahta yang kami beri??

Apakah kau tidak lihat?
Sebagian dari kami bekerja siang malam, banting tulang, tak sadarkan diri seperti orang sinting melupakan sakitnya letih dan perih !

dan kau masih berkata 'AYO KERJA !'

Kami bertanya
Mengapa?
Tapi sering kali pertannyaan kami membentur meja-meja kekuasaan yang macet

Dan apakah kau tidak melihat?
Sebagian darimu bekerja setengah hari dengan upah selangit yang diperoleh dari uang kami, dari pajak-pajak kami.

Dan kau masih berkata 'AYO KERJA !' 

Kami bertanya
Mengapa?
Tapi lagi-lagi pertanyaanku habis terkikis birokrasi dan segelintir orang besar

Mengapa dan mengapa kau terus berkata

"AYO KERJA !!!"

Apakah bagimu kami bangsa yang malas?
Sedang nenek moyang kami bercerita
'Kita adalah bangsa yang besar'
Kulit sawo matang satu-satunya di dunia adalah bukti bahwa kami adalah bangsa pilihan Tuhan
Bangsa yang tangguh
Yang hanya dengan 10 orang pemuda kami bisa mengguncang dunia

Engkau masih berkata 'AYO KERJA !'

Kawanku, 
Kita bukan sapi perah
Kita sejatinya pemilik tanah surga ini
Dan sekarang kaum teknokrat asing yang mengatas namakan pertumbuhan ekonomi
Mengubah kita menjadi jongos di rumah sendiri

Sebagian dari kami turun ke jalan
Semangat laksana api yang membara
Berpanji keadilan dan kebenaran

Mengingatkan sebagian dari engkau yang alpa

Tapi kami berkahir dengan peluru panas menusuk jidat-jidat kami
Kami berkahir dengan pembunuhan sadis yang engkau tutup tutupi dan engkau coba lupakan

Wahai kawanku..
Kami berfikir
Untuk siapa kita bekerja?
Untuk apa kita bekerja?
Kita punya pertempuran. Namun untuk apa pertempuran ini?

Wahai kawanku..
Kami bermimpi sebuah negeri impian
Sebuah negeri dimana tak ada penindasan dan kebencian
Semua orang sibuk dengan pembangunan negeri yang lebih baik.


Aku berharap kalimat "AYO KERJA!"
Slogan yang kau bangga kan,
Bukan propaganda pemerasan,
Bukan sebuah perintah

Namun adalah sebuah ajakan untuk pembangunan pertiwi yang lebih baik



Malang, Dies Natalis Universitas Negeri Malang
13 Oktober 2015


Minggu, 11 Oktober 2015

Orang diatas rata-rata

Kegalauan yang terjadi pasca pengumuman nilai Indeks Prestasi (IP) menjadi polemik tersendiri di kalangan mahasiswa. Terlebih lagi para aktivis kampus yang notabene adalah orang-orang luar biasa. Dikatakan luar biasa karena selain kuliah, mereka juga menyempatkan diri untuk berorganisasi. Bergabung pada suatu komunitas yang tentu membuat waktu dan kesehariannya tersita tidak seperti mahasiswa pada umumnya yang hanya berorientasi pada kuliah. Kuliah pulang kuliah pulang. Kami menyebutnya, kupu-kupu.

Sehingga menjadi sebuah kemafhuman jikalau para aktivis ini mengalami masalah manajemen waktu. Waktu adalah nilai.

Mereka di tuntut untuk menjadi superpower dimana kuliah dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore lalu dilanjutkan dengan rapat, diskusi, evaluasi keorganisasian sampai malam hari. Pulang ke kosan, mengulang pelajaran, lalu tidur. Nah sayangnya, poin terakhir ini yang biasanya jarang atau sulit sekali dilakukan oleh aktivis. Ketika pulang kekosan dan pemandangan langsung dihadapkan pada sesosok busa berselimut kain, kami menyebutnya kasur. Hasrat untuk segera melampiaskan kelelahan seharian langsung timbul. Tak jarang pada beberapa kejadian, sang aktivis tanpa menanggalkan jubah, kaos kaki, tas, langsung terjerambab diatas kasur. Sungguh menggenaskan. Mereka memperlakukan kasur dengan sangat tidak berperikekasuran. Tapi kami sangat memaklumi itu.

Rutinitas yang hampir stagnan, membuat kejenuhan tersendiri bagi aktivis. Waktu yang terasa sangat kurang. 24 jam dirasa belum cukup untuk mengakomodir segala kegiatan kesehariannya. Kalau secara holistik kami lihat bahwa perasaan kekurangan waktu tersebut adalah dampak dari manajemen waktu yang masih berantakan. Tidak sistemik. Tidak ada skala prioritas. Tidak ada tujuan yang jelas. harus kami mengatakan bahwa kebanyakan para aktivis memisahkan makna harfiah dari pada kuliah dan organisasi. Padahal, kuliah dan organisasi adalah suatu kesatuan yang saling mendukung.

Seyogyanya, mereka menjadikan organisasi sebagai wadah untuk menuangkan dan atau mengaplikasikan disiplin ilmu yang mereka dapat dari duduk seharian di kelas. Ngomong-ngomong soal keseharian dikelas, menjadi miris pula ketika fakta memperlihatkan bahwa aktivis sering tidak masuk perkuliahan. Sedikit lebih baik, aktivis yang rajin masuk perkuliahan, tapi tidak bisa fokus saat pelajaran dikarenakan terpecahnya konsentrasi mereka.

Merujuk pada kenyataan diatas, seorang aktivis memang bukan mahasiswa sembarangan. Mereka adalah sekumpulan orang yang berani mengambil resiko. Resiko untuk keluar dari zona aman. Zona aman hanya membuat mereka mandek. Stag. Tidak kreatif dan mati suri.

Zona aman hanya melemahkan pemikiran dan ruang pergerakan. mereka keluar dari zona aman masing-masing untuk membuat, menciptakan, melangsungkan perubahan. perubahan yang sakit. Sakit untuk dirinya sendiri. tapi baik untuk kemashlahatan umat. Perubahan yang mengorbankan akademik mereka, demi sebuah perjuangan dan idealisme mahasiswa.

Tapi, tetap. kami menegaskan bahwa, seorang aktivis harus cakap pula dalam akademiknya. Manajemen waktu harus mereka tegakkan. Keras terhadap diri sendiri. Disiplin tingkat tinggi. Karena aktivis bukan orang sembarangan maka perlakuannya terhadap diri sendiri pun tidak bisa sembarangan. Kami yakin kalian hanya belum terbiasa dengan keadaan ini. Ketika dunia kalian berubah 180 derajat menjadi tidak biasa. kalian harus menemukan rhytme permainan masing-masing. sekarang saatnya!

Ingat, kalian adalah orang di atas rata-rata. modal kalian sudah sangat kuat. kalian berkarakter. “going the extra miles”, kalian harus menampar wajah kalian sendiri untuk bangkit. Bangkit menyeimbangkan antara kuliah dan karir keorganisasian. bangkit untuk membuktikan bahwa air beriak itu tandanya dalam!! bangkit untuk menunjukkan bahwa kalian adalah agent of change yang sesungguhnya!

Renungkan, … jangan menyerah kawan. jangan menyerah hanya karena indeks prestasi. Jangan sampai perjuangan ini terhenti. Esok fajar kan sirna, bila patriot muda negeri ini, mati. Tak mampu membuat wajah pertiwi tersenyum kembali.